
Warga mau jalan-jalan ke Makassar? Eitsss tapi sebelum berangkat, cari tahu dulu kebiasaan orang di sana. Soalnya, kalau datang dengan mindset, "Di Jakarta begini, harusnya di sana juga begitu," siap-siap aja kena culture shock.
Fyi, orang Makassar punya kebiasaan yang bisa bikin orang Jakarta bengong. Tenang, nggak ada yang seram kok hahaha. Justru, kalau udah paham, Warga bakal ngerasa betah dan dihormati sebagai tamu. Nah, biar nggak salah tingkah, sebagai orang yang pernah tinggal beberapa tahun di Makassar, saya mau ngasih bocoran biar Warga dimari bisa nyesuain diri pas nyampe sana. Disimak baik-baik ya! Jangan sampai nyesel. Soalnya, di Makassar, tamu itu raja. Tapi, kalau sotoy bisa jadi bahan cerita. Hahaha.
Daerah-Daerah di Indonesia yang Jarang Disambangi buat Liburan Padahal Kagak Kalah Bagus
Nada Bicara yang Tinggi
Kalau pertama kali denger orang Makassar ngobrol, kemungkinan besar reaksi pertama orang Jakarta adalah, "Waduh, nih orang lagi ribut apa gimana dah?"
Santai, Warga. Itu bukan berantem, apalagi mau ngajak duel. Orang Makassar itu memang punya kebiasaan ngomong dengan nada tinggi dan ritme cepat. Bahkan ya, kadang terdengar kayak lagi debat sengit.
Jadi, kalau ada yang ngomong dengan nada tinggi atau terdengar garang, Warga jangan langsung baper. Lihat dulu ekspresi mukanya. Kalau dia tetap santai dan urat mukanya nggak tegang, berarti gaya bicaranya emang kayak gitu.
"Kita" Belum Tentu Aku dan Kamu
Dalam bahasa Indonesia, 'kita' artinya aku dan kamu. Nggak ada debat kan? Tapi di Makassar, 'kita' justru bisa berarti 'kamu'. Jadi, kalau Warga dengar kata ini, jangan buru-buru baper dulu ya.
Kalau dalam bahasa Jawa, 'kita' ini masuk kategori kromo. Orang Makassar melafalkannya dengan memberinya tanda koma di belakang kata, (kita’).
Biar paham, begini contohnya:
- "Kita’ mau ke mana?"
Artinya: Kamu mau ke mana? (Bukan ngajakin jalan bareng, tenang aja!) - "Kita’ mau makan di mana?"
Artinya: Kamu mau makan di mana? (Bukan ngajak makan berdua romantis, jangan geer dulu!)
Tapi kalau nggak ada koma di belakangnya, barulah artinya seperti yang Warga pahami, aku dan kamu.
Pahami Mi, Ko, Ki, Ji
Kalau denger orang Makassar ngobrol dan ada kata mi ko ki ji, jangan bingung. Ini bukan mantra sulap ya, Warga. Ini tuh partikel. Nggak bisa diartikan kalau berdiri sendiri. Kudu ada kata yang mendahuluinya.
Mi
Partikel ini biasanya buat mempersilakan atau memberi perintah dengan nada yang lebih ramah.
Contoh:
- Pakai mi kalau mau.
Artinya: Pakailah kalau mau atau silahkan pakai kalau mau. - Makan mi mumpung ada masih ada waktu
Artinya: Makanlah mumpung masih ada waktu atau silahkan makan mumpung masih ada waktu.
Jadi, kalau Warga dengar orang bilang, “makan mi”, itu bukan ngajak makan mie ya.
Oiya, mi ini juga bisa jadi bentuk penegasan atau pertanyaan.
Contohnya:
- Itu mi anaknya Santika
Artinya: Itu lah anaknya Santika - Itu mi suaminya Santika?
Artinya: Itu kah suaminya Santika?
Terus kalau mi ketemu kata yang merujuk ke jumlah, artinya berubah jadi sudah.
Contoh:
- Berapa mi yang like postinganmu?
Artinya: Sudah berapa yang like postinganmu? - Seribu mi yang like.
Artinya: Sudah seribu yang like.
Ko dan Ki
Dua kata ini punya arti yang sama, yakni kamu. Tapi penggunaannya beda. Ko buat orang yang sepantaran. Ki untuk orang yang lebih tua atau kalau mau terdengar lebih sopan.
Contohnya:
- Makan ki, jangan malu-malu
Makan ko, jangan malu-malu
Artinya sama, silahkan makan, jangan malu-malu.
Ki dan ko juga biasanya digunakan dalam kalimat tanya untuk memastikan sesuatu.
Contohnya:
- Pacaran ko sama Kang Tae Moo?
Pacaran ko sama Kang Tae Moo?
Artinya: Kamu pacaran sama Kang Tae Moo?
Ji
Partikel yang satu ini sering dipakai buat penegasan.
Contohnya:
- Sudah ji kuperbaiki.
Artinya: Saya sudah memperbaikinya.
Ji juga bisa berarti “saja” atau “cuma”.
Contohnya:
- Satu ji pertanyaanmu?
Artinya: Pertanyaanmu cuma satu?
Itu ji yang mau diperbaiki?
Artinya: Itu saja (kah) yang mau diperbaiki?
Gimana Warga? Gampang ji toh?
Wisata-Wisata yang Bisa Didatengin Kalo Pertama Kali ke Bulukumba
Jangan Takut Kalau Orang Makassar Mau Membunuh Sesuatu
Kalau dengar orang bilang, “Weh, bunuh dulu air kah!” atau “Bunuh dulu lampu!” Itu bukan mau kriminal ya. Di Makassar, dalam bahasa sehari-hari, membunuh itu artinya mematikan. Bunuh air itu maksudnya matikan mesin air. Bunuh lampu artinya matikan lampu. So, kalau dengar kata “bunuh” di Makassar, jangan langsung pasang muka ketakutan ya. Santai!
Kapan Mau Makan Orang?
Kalau dengar pertanyaan “Kapan Mau Makan Orang?" Warga jangan langsung kepikiran yang aneh-aneh ya. Itu bukan lagi membahas adegan di film horor atau rencana jahat. Mereka bukan mau makan orang beneran. Itu tuh nanya waktu makan doang. Jadi nggak usah lari terbirit-birit. Tenang, di Makassar nggak ada kanibal kok.
Makanan Berkuah Dicampur Jeruk Nipis
Orang Makassar kalau makan makanan berkuah, mulai dari coto, bakso, pallubasa, sop saudara, sampai mie instan, rasanya nggak lengkap tanpa perasan jeruk nipis. Bisa dibilang, jeruk nipis ini elemen penting di kelas makanan berkuah. Rasa asamnya jadi pengganti cuka.
Saya nggak tahu sejak kapan orang Makassar begitu lengket dengan jeruk nipis. Setiap ke warung dan nggak ada jeruk nipis di meja, mereka biasanya langsung masuk mode investigasi, “Tabe, mana jeruk nipisnya?”
Pisang Goreng Pakai Sambal
Biasanya, pisang goreng di Jakarta itu cemilan manis. Sering dimakan pakai coklat atau keju. Tapi di Makassar, pisang goreng biasanya dicocol sambal. Kombinasi manis dan pedas ini awalnya mungkin terdengar aneh, tapi banyak yang bilang nagih. So, kalau mampir ke warung kopi atau rumah makan, jangan ragu untuk nyobain ya.