Sebenernya kalo secara harfiah, fatherless ini berarti seorang figur ayah bisa diartikan sudah meninggal atau tidak tinggal bersama si anak. Alasannya bisa bermacem-macem, contohnya kematian, perceraian, pisahnya suami istri (beda tempat tinggal), atau absennya kehadiran seorang bapak dalam hidup.
Tapi ternyata konsep fatherless ini bisa juga berarti kurang aktifnya sosok seorang ayah dalam pengasuhan anak. Ini bisa terjadi bahkan kepada seorang bapak yang sebenernya hadir dalam hidup anak secara fisik tapi secara emosional terasa jauh atau kagak ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Kadang fenomena ini disebut juga sebagai “father absence” atau “father hunger”.
Hal ini bisa berbahaya dalam tumbuh kembangnya anak. Karena figur ayah ini mempunyai peran yang penting untuk perkembangan anak. Apalagi kalau anak masih dalam tahap golden age. Kenapa figur ayah penting banget untuk perkembangan anak? Ini beberapa pengaruh dan pentingnya figur ayah :
- Seorang figur ayah bisa memberikan sudut pandang dan pengalaman yang berbeda untuk anak dibandingkan dengan para ibu,
- Bisa jadi role model anak dalam konteks maskulinitas,
- Ayah juga bisa memberikan dorongan untuk anak agar dia berani mengambil resiko dan melakukan eksplorasi,
- Ayah juga memberikan rasa aman dan bisa memberikan disiplin terhadap anaknya.
Perlu diingat bahwa tidak semua ayah memenuhi peran ini, dan kadang figur ayah yang kuat juga bisa berasal dari orang lain terdekat, contohnya kakek, paman, atau mentor. Sebaliknya, figur ayah yang negatif bisa berdampak buruk buat perkembangan anak.
Baca nyang ini juga pak : Yang Harus Bapak Lakukan Dalam Tahapan Golden Age Anak
Konsep fatherless merupakan permasalahan global yang penyebabnya berbeda-beda tergantung wilayahnya. Di Indonesia sendiri, menempati peringkat 3 fatherless country. Kasus yang seringkali terjadi adalah seorang ayah hadir secara fisik tapi kagak terlibat dalam tumbuh kembang anak. Beberapa case lain adalah anak dibesarkan oleh single mother yang disebabkan karena perceraian.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara ketidakhadiran ayah dan konsekuensi negatif bagi si anak, seperti:
- Prestasi akademik yang lebih rendah,
- Masalah perilaku,
- Emosi kagak stabil,
- Anak jadi kagak percaya diri,
- Anak akan melihat dunia dengan format yang berbeda (dibandingkan dengan anak yang mempunyai figur ayah)
- Meningkatkan risiko pemakaian obat-obatan terlarang.
Anak juga rentan terhadap rasa iri dengan anak lain karena ketidakhadiran sosok ayah di dalam hidupnya. Apalagi di era sosial media yang seringkali anak terpapar dengan foto atau video dari anak lain yang beruntung, karena hidup dengan keluarga yang lengkap.
Kadang fatherless juga kagak cuman tidak adanya kehadiran fisik seorang figur ayah, tapi bisa jadi ditimbulkan dari hubungan rumit yang terjadi antara ibu dan ayah, yang nantinya berdampak pada psikologis anak. Kadang ada juga anak yang merasa kehilangan figur ayah karena bapaknya sibuk kerja dan banyak jadwal keluar kota karena urusan pekerjaan. Kadang dari sisi seorang bapak tidak menyadari bahwa prioritas untuk keluarganya berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Ayah adalah figur yang anak harapkan kehadirannya. Karena mereka butuh sosok yang patut untuk ditiru atau diteladani. Solusinya adalah bapak harus bisa meluangkan waktu untuk anak dan pastikan bapak hadir secara fisik dan psikologis, agar tumbuh kembang anak tidak mengalami hambatan atau masalah. Semoga artikel ini bisa membantu ya, pak!