Siapa sih Pak yang gak excited gitu kalo mau mudik. Apalagi ini pertama kalinya saya mudik bareng keluarga lengkap sama keluarganya istri. Jadi, ada mertua dan ipar saya juga. Yah, sekitar 9 orang lah.
Pas berangkat, kita naik kereta jarak jauh. Tapi baliknya kita keabisan tiket, nih. Jadi akhirnya kita memutuskan buat naik bus. Bus yang kita pilih ini sebenernya bus langganan istri kalo mudik. Jadi ya biasanya aman lah ya.
Tapi, kata orang mah ya, hari sial emang kaga ada di kalender pan. Apes bener dah kami hari itu. Ibu mertua saya yang pertama sadar kalo 2 tas besar, 1 koper, sama 1 karung oleh2 kita ilang. Lemes bener rasanya.
Tapi, saya pikir, bukan waktunya saya lemes aja. Akhirnya ini yang saya dan istri lakukan:
1. Bertanya ke kernet dan supir bus.
Siapa lagi kan yang bisa langsung kami tanyakan kalau bukan mereka? Jadi, kami pun langsung merentet pertanyaan kepada kernet dan supir bus.
Sayangnya, supir bus langsung angkat tangan. Karena katanya, tugas dia ya nyupir aja. Urusan bagasi ya urusan kernet. Tapi respon kernet ya gak jauh2 juga. Cuma bilang, “Posisi tas dimana? Wah ini saya gak tahu, kayanya ada yang malingin, soalnya tadi ada juga yang turun di Purwakarta dan Cikarang”
Jujur pak, sebel bener saya dengernya. Seolah kernet yang harusnya menjaga bagasi lepas tanggung jawab. Ternyata selain kami ada juga seorang ibu yang berteriak kehilangan satu kopernya. Suasana semakin panas. Kami sama-sama nyari ke sekeliling dan hasilnya nihil.
2. Komplain ke kantor.
Karena gak dapet jawaban memuaskan dari supir dan kernet, kami komplain habis-habisan ke kantornya. Kebetulan pool terakhir itu juga merupakan kantor pusat bus tersebut.
Petugas kantor yang lagi jaga loket hanya memberikan kami nomor pengaduan setelah sebelumnya menanyakan kronologi dan nomor plat bus yang kami tumpangi. Nomor telepon kami ikut dicatat kalau-kalau ada kabar mengenai tas yang hilang.
Di situ, istri saya dengan power emak-emaknya berkata dengan lantang akan mengusut kasus ini dan memviralkannya. Sebenernya tujuannya agak gertak biar mereka gak main-main buat menangani kasus ini.
3. Pulang ke rumah
Kami sampai ke pool sekitar dini hari. Setelah komplain ke sana ke mari, waktu udah hampir pagi dan kayanya masih ga ada titik terang. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang dulu. Biar keluarga saya bisa rehat dulu.
Dalam hati mah lemes banget, Pak. Gak ada tentengan dan semua baju terbaik kami pan ada di tas itu, ya. Namanya juga lebaran. Syukurnya, barang penting kaya HP atau dompet ada di tas terpisah yang ga masuk bagasi. Jadi setidaknya masih ada pegangan buat pulang.
4. Sharing di grup pecinta bus
Besoknya, kami cerita ke salah satu sepupu soal tragedi tersebut. Ternyata, sepupu saya share berita itu ke grup pecinta bus di Facebook. Baru tau saya kalo ada grup begituan. Ternyata, banyak yang ngalamin hal yang sama.
Pas istri saya DM akun sosmed bus tersebut, ternyata banyak komentar yang bilang kalau mereka kehilangan juga. Sementara sosmed bus tersebut juga kelihatannya udah gak terlalu aktif.
5. Telpon layanan pengaduan
Sejak hari itu, hampir setiap hari istri saya nelpon kantor pusat bus tersebut buat pengaduan. Dari kantor pusat sendiri selalu bilang kalau masalahnya sedang ditelusuri.
Setelah sepekan, kantor pusat akhirnya meminta kami untuk datang ke kantor. Sebagai persiapan, istri saya dan mertua membuat catatan isi dari tas dan koper yang hilang tersebut. Mulai dari barang, jenis barang, sampai harga setiap item yang ada. Termasuk baju dan oleh-oleh yang hilang.
6. Datang ke kantor pusat
Di tahap ini, saya dan istri sebenarnya udah gak mau berharap banyak. Tujuannya cuma buat perjuangin hak kami. Juga buat tau seberapa jauh itikad baik dan tanggung jawab pihak bus.
Begitu sampai kantor pusat, kami disambut oleh kepala tim supir dan kernet. Beliau meminta maaf dan mempertemukan kami dengan kernet yang bertugas kemarin.
Di pertemuan itu, kernet meminta maaf dan menjelaskan kondisinya. Ada dugaan kalau tas kami jatuh ketika pintu bagasi agak longgar. Apalagi, posisi tas kami saat itu berada di pinggir bagasi. Sehingga lebih rawan jatuh.
7. Penyelesaian
Kami menyampaikan total kerugian yang kami alami. Saat itu kurang lebih sekitar Rp 7 juta. Sayangnya, pihak perusahaan tidak dapat mengganti kerugian tersebut karena dianggap sebagai kelalaian kernet.
Sebagai gantinya, kernet dan kepala supir memberikan ganti rugi sekitar 10% dari total kerugian. Namun, biaya tersebut berasal dari kantong pribadi kernet dan kepala supir. Karena itu, kami tidak tega untuk menekan lebih jauh.
Tips Biar Bagasi Aman Sepanjang Perjalanan
Dari pengalaman itu, saya jadi dapet nasehat banyak bener dari sodara dan temen saya. Ini beberapa tips yang saya dapet saat itu:
1. Kalo barang ga terlalu besar, simpan di kabin atau kolong kursi.
2. Pilih bus yang punya sistem karcis dan nomor bagasi.
3. Kalau posisi duduk bisa liat bagasi, perhatikan bagasi secara berkala. Khususnya saat naik turun penumpang.
4. Pisahin hape sama dompet di tas kecil yang dibawa terus.
5. Ikut turun setiap bus nurunin penumpang buat ngecek keamanan tas di bagasi.
Kalo bapak2 mau mudik atau jalan2 naik bus, pastiin kalau posisi barang cukup aman sepanjang perjalanan ya, Pak.