Ternyata Apa yang Bapak Alami di Tempat Kerja bisa Mempengaruhi Anak Bapak di Rumah

Bacaan 2 menit

Emang udah bukan rahasia lagi pak kalo pekerjaan bisa sangat berpengaruh pada kehidupan kita di luar kehidupan pekerjaan. Secara tidak sadar ternyata bagaimana dan seberapa banyak bapak menghabiskan waktu di tempat kerja punya efek yang bisa merembet ke teman, pasangan dan bahkan anak bapak sendiri.


Mengacu dari Harvard Business Review, dimana Maureen Perry-Jenkins, seorang Profesor Psikologi dari University of Massachusets Amherst melakukan studi yang dilakukan secara berkepanjangan mengenai pengaruh pengalaman di tempat kerja orang tua terhadap perkembangan anak mereka. Jadi Bu Maureen dan tim mengamati lebih dari 370 keluarga berupah rendah dan orang tua yang bekerja selama lebih dari sepuluh tahun, mulai dari masa kehamilan hingga beberapa tahun pertama mereka sebagai orang tua. Jadi mereka melakukan wawancara langsung ke rumah para orang tua dan melakukan pengamatan langsung mengenai interaksi orang tua dan anak mereka. Hasilnya, perkembangan anak-anak dipengaruhi secara langsung dan signifikan oleh pengalaman orang tua mereka di tempat kerja. 


Dari penelitian tersebut, data menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki otonomi lebih dalam pekerjaan dan memiliki supervisor serta rekan kerja yang lebih suportif akan menjadi lebih warm dan engaged ketika berinteraksi dengan anak mereka. Dan hal ini mempunyai efek jangka panjang terhadap perkembangan si anak. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pola asuh yang hangat dan responsif pada tahun pertama seorang anak meningkatkan tingkat keterikatan mereka dengan orang tua serta dapat meregulasi emosional si anak. 


Dan ternyata pak, semua hasil ini berlaku bagi bapak dan istri bapak juga, kalo istri bapak ngantor juga. Pengalaman setiap orang tua di tempat kerja memiliki dampak langsung dan terukur terhadap perkembangan anak-anak mereka selama masa bayi dan usia dini.


Contohnya nih, Pak Tyson, seorang narasumber yang pekerjaannya di shipping company, kerjanya diawasin pake monitor sama atasannya. Pak Tyson ini merasa dia kaga dipercaya, padahal dia salah satu top performer di perusahaannya. Hal ini membuat dia stres dan merembet sampai ke urusan rumah tangga, lebih spesifiknya ke anaknya. Pak Tyson mengaku dia pas sampe rumah capek banget dan gapunya waktu buat anaknya yang rewel banget. 


Sebaliknya, Bu Sonya, yang kerjanya sebagai asisten di nursing home (panti jompo) diberikan kebebasan oleh atasannya. Bu Sonya ini disuruh mengatur waktunya sendiri dan kadang atasannya meminta masukan gimana caranya biar kliennya ini hepi dengan mereka. Hasilnya? Apa yang Bu Sonya alami di tempat kerjanya ber-impact ke anaknya yang masih kelas 1 SD. Ketika pulang, Bu Sonya senang sekali melihat anaknya, menyambutnya dengan warm dan aktif menanyakan bagaimana kegiatannya di sekolah.  


Tempat kerja yang sehat memberi karyawan mereka waktu dan ruang untuk berbagi pengalaman dan ide, bisa lewat survei anonim, ngobrol santai pas makan siang, atau bahkan sekadar check-in informal. 


Untuk Bapak, sebisa mungkin bisa nge-set boundaries sama pekerjaan, jadi masalah kerja jangan sampe kebawa ke lingkungan rumah. Biar ga terlalu stres juga bapak bisa break dulu, manfaatkan jatah cuti bapak untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Dengan strategi ini, Bapak bisa mengurangi stres di tempat kerja dan menciptakan keseimbangan yang lebih harmonis antara kehidupan profesional dan pribadi bapak sebagai seorang ayah.

Ditulis oleh:
Jamal Robot
Bacaan 2 menit
Dilihat :
239

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait