Belakangan ini, adaaa aja berita gak enak soal kehidupan pernikahan. Ya KDRT, ya selingkuh, atau apa lah.
Trus, kalau menikah bikin sakit dan ga bahagia, kenapa kita menikah? Tapi, sebelum Adik semakin overthinking, coba deh baca pertimbangkan beberapa hal berikut ini dulu:
1. Takut Wajar, Kok, Tapi …
Kalau Adik merasa takut nikah karena berita2 kaya gitu, rasanya wajar banget. Apalagi kalau Adik pernah punya trauma atau pengalaman pahit soal keluarga. Wajar banget kalau Adik jadi ngerasa cemas.
Ga cuma adik aja, sebenernya semua orang pasti pernah takut menikah. Dengan skala dan level takut yang berbeda. Jadi, Adik gak sendirian. Setelah itu, gimana?
Setelah tahu di mana level dan skala takutnya, Adik bisa cari tahu, hal apa yang bikin Adik takut sama pernikahan. Baru setelah itu, Adik bisa membekali diri sesuai dengan kebutuhan Adik.
Misalnya, Adik takut punya pasangan abusive soalnya Adik trauma liat orang tua yang KDRT. Nah, Adik bisa mulai dari terapi akan trauma tersebut. Kemudian Adik cari tahu bagaimana ciri orang2 abusive ini, cara menghindarinya, dan membentuk kriteria pasangan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Adik.
Intinya, fasilitasi ketakutan adik2 dengan action. Supaya rasa takut itu bisa diminimalisir.
2. Kehidupan Pernikahan Setiap Orang Enggak Sama
Apa yang pernah adik2 baca, dengar, atau lihat terkait pernikahan orang lain belum tentu terjadi di pernikahan adik2 nanti. Setiap pernikahan mempunyai garis cerita sendiri.
Mungkin masalahnya bisa jadi ada kemiripan, akan tetapi respon dan solusi yang hadir bisa beragam. Sebab menikah ialah bersatunya dua orang yang memiliki dua kutub magnet yang berbeda, tapi ingin selalu bersama.
3. Jadikan Pelajaran untuk Menuju ke Pernikahan
Adik2 bisa menjadikan berita buruk terkait pernikahan sebagai pelajaran untuk mengantisipasi agar gak mengalami hal yang sama.
Misalnya, KDRT yang dialami para pesohor negeri ini. Adik2 bisa meriset apa aja bentuk KDRT dalam pernikahan karena KDRT gak melulu tentang fisik, terus gimana cara untuk mengetahui calon pasangan adik2 punya potensi KDRT.
Adik2 juga harus tau gimana respon calon pasangan kalau lagi marah banget. Informasi ini penting untuk mendapatkan gambaran jika nanti adik2 ada konflik dan intrik di pernikahan kelak.
Nah, dari informasi yang didapat, tanya ke diri adik2 sendiri, apakah respon marahnya termasuk wajar atau gak? Bisa adik2 terima atau gak? Apakah respon marahnya wajar dalam mengasuh anak adik2 nanti?
Apa pun jawabannya, jangan bersikap sok pahlawan dan optimis bahwa dia mungkin bakal berubah setelah menikah. Wah, bahaya. Itu sama aja menggali lubang sakit hati sendiri.
4. Cari Tau Kenapa Pasangan Bisa Selingkuh
Mau alasan apa pun, namanya selingkuh gak bisa dibenarkan. Cuma sebagai antisipasi, adik2 juga perlu tau juga alasan kenapa pasangan bisa selingkuh. Dengan mengetahui alasan ini, adik2 bisa menutup lubang-lubang yang berpotensi memicu perselingkuhan.
Adik juga bisa menyamakan persepsi "selingkuh" dengan pasangan. Misalnya, Adik menganggap bahwa mengobrol santai dengan lawan jenis itu sudah termasuk selingkuh atau belum. Jadi, pasangan Adik bisa menghormati batasan yang Adik tetapkan dan meminimalisir konflik yang mungkin terjadi.
Yang pasti, Adik gak bisa ngatur apa yang terjadi dalam kehidupan pernikahan orang lain. Tapi Adik bisa memilih orang2 seperti apa yang masuk dalam hidup Adik. Termasuk dalam kehidupan pernikahan Adik.
Menikah memang ga selalu bahagia semua isinya, tapi gak semua pernikahan tidak bahagia.