Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki perokok aktif terbanyak, bahkan peringkat tiga di dunia setelah India dan China. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, hasil survei dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) mencatat, dalam kurun waktu 10 tahun (2011 - 2021), terjadi peningkatan yang signifikan terhadap perokok aktif sebanyak 8,8 juta jiwa.
Paragraf pembuka tersebut saya tulis untuk menjadi gambaran bagi kita semua bahwa perokok di Indonesia sangat banyak jumlah. Tapi, mari kita kesampingkan itu dulu, Pak. Karena ada hal lebih penting yang ingin saya bahas.
Terlepas dari betapa banyaknya kerugian yang kita alami dari merokok, sejatinya hal itu kembali lagi kepada masing-masing perokok, yang dengan sadar mengerti risikonya, melakukan aktivitas tersebut. Hanya saja, yang ingin saya tekankan di sini adalah stop merokok di dekat anak kalau memang Bapak sayang.
Bukan hal yang asing lagi melihat Bapak-bapak yang masih aja merokok di dekat keluarganya. Bahkan, enggak jarang lho, kita melihat seorang ayah yang lagi bermain bersama anaknya sambil mengepulkan asap rokok ke mana-mana. Tanpa disadari, pelan-pelan keluarga yang kita cintai itu pun terpapar asap rokok dan menjadi perokok pasif.
Padahal dalam sebuah survey dari Boldsky.com, setiap tahun selalu ada sekitar 1000 perokok pasif yang meregang nyawa karena secara terus-terusan terpapar asap rokok. Bercermin dari ini, saya tekankan sekali lagi, stop menyiksa anak sendiri dengan merokok di sekitarnya!
Buat Bapak yang belum tahu, berikut ini saya rangkum apa saja yang dapat terjadi pada anak kita jika Bapak terus-menerus merokok di sekitarnya.
Sudden Death Infant Syndrome (SDIS)
Sudden Death Infant Syndrome atau sindrom kematian mendadak pada bayi ini sangat bisa terjadi kepada anak bayi yang terus terpapar asap rokok. Sedikit cerita pengalaman, saya menyaksikan sendiri, di suatu tempat makan, seorang pasutri muda yang memiliki bayi tengah menyantap makanannya.
Setelah makan, sang ayah pun langsung menyalakan rokok dan mengepulkan asap rokoknya ke mana-mana. Kebayang nggak, gimana nasib si bayi–yang merupakan anak kandungnya sendiri–di sebelahnya, yang bahkan belum bisa bicara itu, secara konsisten terpapar asap.
Saat itu, saya nggak begitu jauh dari mereka, meringis melihat momen itu. Seorang ayah yang menyayangi anaknya, tetapi alpa terhadap tindakannya sendiri. Jangan dicontoh ya, Pak!
Bronkitis dan Pneumonia
Selain SDIS, penyakit yang bakal menyerang anak kita ketika kita terus menerus merokok di sekitar mereka adalah bronkitis dan pneumonia. Bronkitis adalah peradangan yang terjadi di saluran udara utama pada tubuh, yaitu paru-paru. Sedangkan pneumonia, merupakan tingkat lanjut dari bronkitis yang menyerang paru-paru lebih dalam.
Dua penyakit berjenjang ini adalah akibat yang akan ditanggung anak, apabila Bapak terus mengepulkan asap rokok di sekitar mereka. Makanya, kalau saya bilang, merokoklah pada tempatnya. Jangan sekali-kali merokok di dalam rumah atau ketika Bapak lagi bermain bersama anak, ya.
Kebiasaan merokok di sekitar anak ini harus banget dibuang jauh-jauh, ya. Kalau perlu, setiap kali Bapak selesai merokok, sebelum mendekati anak, cobalah untuk mandi atau mengganti pakaian, agar residu rokok yang menempel di tubuh Bapak tidak terhirup oleh anak, ya.
Menghambat Pertumbuhan Paru-Paru Anak Bapak
Satu hal yang berbahaya dari merokok adalah residu bekas kita merokok itu akan menempel di tubuh kita, di baju kita, di rambut kita, di banyak bagian diri kita. Anak yang terpapar oleh residu rokok ini, berkemungkinan akan membuat tumbuh kembang paru-parunya menjadi terhambat. Zat-zat berbahaya yang terdapat pada setiap batang rokok yang Bapak bakar dan isap akan masuk melalui saluran pernapasan, dan perlahan merusaknya.
Enggak cuma itu, Pak. Anak kita yang keseringan terpapar itu bisa berisiko terkena penyakit pernapasan juga pada usia remaja atau dewasa. Masalah ini enggak selalu langsung menimpa sang anak, tetapi bisa jadi gunung es, yang suatu waktu akan ia rasakan akibatnya. Anak yang sering kena asap rokok itu, berisiko masalah pada pernapasan seperti sering batuk-batuk atau bahkan terkena penyakit asma! Duh, jangan sampai deh, Pak!
Infeksi Pada Saluran Telinga
Bagi Bapak yang masih bandel dan tetap merokok di sekitar anaknya, jangan sampai anak Bapak terjangkit penyakit seperti infeksi pada saluran telinga, ya! Jangan salah, infeksi saluran telinga, selain dapat menyerang perokok aktif, juga berpotensi menyerang perokok pasif, lho. Apalagi jika bapak tipekal perokok yang suka merokok di dalam rumah. Bukan cuma udara yang jadi kotor, tetapi barang-barang di sekitar juga bakalan tercemar!
Anak jadi Ikut-ikutan Merokok
Nah, salah satu efek domino yang sangat sering terjadi pada keluarga yang salah satunya terdapat perokok aktif di dalamnya adalah meng-influence orang sekitarnya untuk merokok juga. Kalau Bapak sering dilihat anak Bapak lagi merokok, akan ada kemungkinan besar, suatu hari, si anak juga akan ikutan merokok.
Kondisi ini pasti sering banget kita lihat di lingkungan sekitar. Sudah hakikatnya, anak-anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Besar kemungkinan, nanti setelah ia tumbuh dewasa, ia akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya, dan ketika itu terjadi, saya pastikan, Bapak pasti akan sangat kesulitan untuk melarangnya.
Nah nah, itulah Pak, yang ingin saya share di artikel ini. Saya tidak meminta Bapak untuk berhenti merokok jika memang itu sangat sulit dilakukan. Tapi, paling tidak, merokoklah pada tempatnya, dan berhenti merokok di sekitar anak.
Anak kita punya hak untuk menghirup udara yang bersih dan sehat. Kita sebagai orang tua, yang paling mencintai mereka, harus dan wajib bisa menyediakan lingkungan yang sehat untuk mereka, bagaimana pun caranya!