Pengalaman Membangun Rumah di Daerah Pegunungan

Bacaan 3 menit

Rumah merupakan hal yang primer sekali dalam hidup. Memiliki rumah merupakan impian kita semua, baik membangun rumah sendiri dengan desain yang kita impikan dari sejak lama atau membeli dengan kemudahan kredit KPR. Tapi apakah pernah terbesit di pikiran kita bagaimana sulitnya mendapatkan hunian layak di tempat yang sulit untuk diakses? boro boro menggunakan KPR pak, bu.. :(

Ini merupakan sedikit cerita dari sedikit pengalaman yang saya dapatkan, tentang bagaimana sulitnya pembangunan rumah para penerima bantuan pemerintah yang berlokasi di Desa Hujung, Lampung Barat. Tepat sekali di bawah kaki Gunung Pesagi, puncak tertinggi yang dimiliki Lampung. Yang pernah masuk di youtubenya mas fiersa hehe

1. Lokasi rumah 

Lampung Barat bisa saya katakan bukanlah kabupaten yang tertinggal, bahkan kopi asal Lampung Barat adalah salah satu kopi terbaik yang dimiliki Indonesai. Tidak jauh dari desa ini juga terdapat destinasi wisata pantai yang sudah dilirik turis dari negara asing.

Tetapi tidak sedikit dari warganya adalah petani kopi kecil yang mengharuskan mereka memiliki rumah berdampingan dengan kebun kopi milik mereka. Yang mana akses menuju rumah mereka sangatlah was wes woss uhuy bagi kita yang sudah terbiasa di perkotaan. 

2. Material

Material untuk membangun rumah cukup mudah di dapatkan, karena cukup mudah ditemukan toko-toko bahan bangunan. Yang terdekat berjarak sekitar 20 menit dari desa.

3. Harga Material 

Harga material sedikit lebih mahal dari yang ada di kota kota pak, bu. Mungkin karena jarak yang cukup jauh dan sedikitnya tempat pengisian bahan bakar menjadikan harga di sana sedikit berbeda. Oiya pak, bu.. Sebagai perbandingan harga 1 liter pertalite dimari 13-14 ribu rupiah :).

4. Penurunan Material.

Dikarenakan rumah para penerima bantuan terletak di bukit bukit dan akses jalan yang licin, belum lagi jika turun hujan. Jalan yang tadinya kering bisa menjadi lautan bubur. Penurunan material dilakukan secara langsir atau estafet, mulai dari di angkut dengan truk besar yang kemudian diturunkan di desa terdekat, kemudian diangkut lagi menggunakan mobil yang lebih kecil menuju rumah masing masing. Bahkan tidak sedikit yang harus kembali di turunkan dan dilanjutkan dengan menggunakan motor yang dimodifikasi agar dapat menuru rumah mereka. 

5. Harga Langsir

Kisaran harga untuk 1 kali pengiriman dari desa terdekat ke rumah mereka mulai dari 300 ribu hingga 500 ribu rupiah, tergantung dari sulit atau tidak akses yang dilalui. Kenapa bisa mahal pak, bu? Tidak sembarang supir bisa nyetir sampai pucuk gunung pak hehehe belum lagi harga bensin yang jauh dari harga pemerintah dan juga ban mobil perlu di ikat dengan rantai agar dapat jalan :).

6. Tukang dan Harga Harian

Untuk tukang cukup sulit didapatkan namun harga harian mereka masih standar, di kisaran 100 - 150 ribu rupiah per orangnya. Bahkan salah satu penerima bantuan yang saya dampingi harus mendatangkan tukang yang berasal dari Palembang, iya pak bolak balik Palembang - Lampung Barat naik turun gunung setiap hari untuk membangun rumah. 

7. Lama Proses Pembangunan

Proses pembangunan tergolong standar untuk rumah dengan 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, sekitar 2-3 bulan jika dari awal pembangunan dan sekitar 1 bulan untuk warga yang melakukan renovasi. Namun, mayoritas rumah disana merupakan rumah panggung, dan semi menggunakan papan. Sehingga pembelian papan dengan jumlah banyak cukup menghambat waktu pembangunan, belum lagi medan ekstrim yang harus di lalui.

 

Tentu tulisan ini tidak sedetail apa yang terjadi di lapangan sesungguhnya, panjang dan butuh waktu membaca yang lebih pastinya pak, insha Allah ada tulisan lanjutan lagi nantinya. Namun hal yang saya garis bawahi adalah kegigihan mereka untuk memiliki rumah adalah hal yang luar biasa yang belum tentu bisa saya dapatkan di tempat lain.

Kerendahan hati dan rasa kekeluargaan yang mereka tunjukkan kepada kami adalah hal yang sulit sekali kita temui di kota kota. Dan ternyata masih banyak sekali orang yang jauh lebih sulit dari yang kita rasakan pada diri kita pak. Terus bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, karena hal kecil yang kita anggap sepele sebenarnya merupakan hal besar yang diinginkan orang banyak.

Terima kasih pak, bu.. SEE U!

 

Ditulis oleh:
Rizki Erza
Bacaan 3 menit
Dilihat :
570

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait