Pernah nggak sih, lagi duduk santai di rumah, eh tiba-tiba bapakmu mulai bercerita tentang masa kecilnya yang penuh perjuangan? Mulai dari perjalanan sekolah yang naik turun gunung lewati sungai, harga bensin yang cuman seratus perak, sampai kisah bagaimana dulu makan nasi saja sudah dianggap kemewahan.
“Dulu bapak itu…….”
Duh, kalau sudah keluar kata itu, siap-siap saja dengerin ceritanya satu, dua, tiga jam.
Mungkin sebagian dari kita sudah khatam ceritanya. Bahkan sudah hafal di luar kepala karena saking seringnya diulang.
Tapi pernah nggak sih penasaran, kenapa sih bapak-bapak doyan banget nyeritain itu semua? Nah, berikut ini beberapa alasan kenapa bapak-bapak suka nostalgia tentang zaman susah dulu.
Bukti Perjuangan dan Kebanggaan
Bagi bapak-bapak, cerita tentang zaman susah dulu bukan sekadar curhat, tapi lebih kepada bukti perjuangan. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa bertahan di masa sulit, bekerja keras, dan akhirnya berhasil mencapai kehidupan yang lebih baik. Selamat ya pak sudah bertahan sampai di titik ini.
Ketika bapakmu bilang, "Dulu sekolah nggak ada motor, jalan kaki puluhan km tiap hari!" Itu sebenarnya bukan keluhan, tapi rasa bangga karena bisa melewati tantangan hidup.
Mengajarkan Rasa Bersyukur
Selain mobilitas ke sekolah, bapak-bapak juga suka cerita tentang susahnya beli jajanan. Ini adalah cara mereka mengajarkan kita untuk lebih menghargai apa yang dimiliki sekarang.
Bagi mereka, hidup di era modern yang serba mudah ini adalah kemewahan. Dulu, mau makan daging harus nunggu hajatan. Sekarang, kita bisa pesan lewat aplikasi dalam hitungan menit.
Lewat cerita zaman susah, mereka berharap anak-anaknya tidak manja dan lebih bersyukur.
Bentuk Koneksi Emosional
Menceritakan masa lalu adalah cara bapak-bapak untuk membangun kedekatan dengan anak-anaknya. Kadang, mereka ingin didengar, ingin dikenang, dan ingin anak-anaknya tahu bahwa kehidupan mereka dulu juga penuh cerita menarik.
Meskipun kadang kita bosan mendengarnya, bagi mereka, berbagi pengalaman adalah bentuk kasih sayang.
Laki-Laki Tidak Bercerita Tapi Bapak-Bapak Beda Cerita
Cara Bapak-Bapak ‘Flexing’ yang Halal
Kalau anak muda pamer dengan hape baru, mobil baru, dan ke-baru-baru-an lainnya, bapak-bapak punya cara sendiri buat flexing: cerita zaman susah!
Kalimat seperti "Dulu makan nasi cuma pakai garam aja udah enak!" atau "Dulu kerja gaji pas-pasan, tapi tetap bisa beli rumah!" itu sebenarnya bentuk humblebrag alias pamer terselubung. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan dan sukses meskipun berangkat dari keterbatasan.
Pola yang Turun-Temurun
Coba perhatikan, dulu kakek-nenek kita juga sering cerita tentang zaman mereka yang lebih susah. Ternyata, kebiasaan ini turun-temurun. Bisa jadi, nanti saat kita jadi bapak-bapak, kita juga bakal cerita ke anak-anak kita:
"Dulu internet masih pakai kuota, nggak unlimited kayak sekarang!"
"Dulu listrik sering mati kalau hujan dikit!"
“Dulu tahun 2020, ada Pandemi Covid-19. Jutaan orang meninggal terinfeksi virus Covid. Bapak salah satu yang berhasil bertahan hidup.”
“Dulu waktu pandemi, kuliah via zoom. Karena di rumah nenek jaringannya jelek, bapak harus ke bukit nyari jaringan.”
Tanpa sadar, kita juga akan melakukan hal yang sama karena cerita masa lalu adalah bagian dari identitas kita.
Pengalaman Lucu bareng Bapak yang Bikin Kepala Nyut-Nyutan
Kesimpulan: Dengerin Aja, Jangan Baper!
Jadi, kalau bapak-bapak mulai nostalgia tentang zaman susah dulu, jangan buru-buru bosan. Dengarkan dengan sabar, anggukkan kepala, dan sesekali kasih respons, misalnya: "Wah, keren juga ya, Pak!"
Siapa tahu, suatu hari nanti kita yang bakal meneruskan tradisi ini ke generasi berikutnya HAHAHAHA.