Beberapa Cognitive Bias yang sering banget kita hadapi dan cara mengatasinya (part 2)

Bacaan 3 menit

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya, saya akan ngasih tau beberapa tambahan cognitive bias (bias kognitif) yang sering kita temui dan bagaimana cara mengatasinya.

Negativity Bias

Negativity Bias adalah bias dimana kita lebih cenderung ingat dan mudah dipengaruhi dengan informasi atau pengalaman yang bersifat negatif. Atau lebih simplenya, kita cuman inget ga bagusnya dari suatu informasi atau pengalaman. Bias ini juga termasuk tricky, karena dapat mempengaruhi decision-makingemotional well-being dan hubungan interpersonal kita. Contoh paling mudah adalah ketika kita menonton pertandingan sepakbola, pasti yang paling mudah diingat adalah ketika seorang kiper gagal menjaga gawangnya alias kejebolan. Kita cenderung lebih ingat satu momen itu dibanding dengan momen-momen dimana dia berhasil menyelamatkan gawangnya. Contoh lain buat adik-adik adalah mantan adik. Ketika pisahnya ga baik, pasti yang diingat selalu kenangan negatifnya. Bukan yang senang-senangnya.

Lalu bagaimana cara mengatasinya? Beberapa cara untuk mengatasinya adalah dengan menenangkan diri. Menenangkan diri yang dimaksud adalah seperti menarik nafas, meditasi, dan semua yang berkaitan dengan mindfullnes. Berikutnya, ingat sisi positif dari satu informasi atau pengalaman yang sudah dicerna. Karena beberapa informasi atau pengalaman negatif pun bisa memberikan kita hal positif. Dan yang terakhir adalah challenge diri sendiri dengan negative self-talk, tapi yang ini agak tricky juga. Karena tujuan self-talk ini adalah lebih ke arah introspeksi diri kita sendiri, bukan menjatuhkan diri sendiri. Dan juga ini bisa membantu kita untuk ke depannya, seperti apa yang kita cocok dan tidak cocok dengan suatu hal atau suatu pengalaman, sehingga kita tidak mengalami hal negatif lagi.

The Bandwagon Effect

Ini juga merupakan salah satu Bias yang seringkali kita temui, bahkan pada diri kita sendiri. Bandwagon Effect adalah bias dimana kita percaya dan mengikuti suatu informasi karena banyak orang lain yang melakukan hal itu juga, hal ini bisa berbentuk tren, kepercayaan atau tingkah laku. Contohnya adalah ketika kita melihat komentar di salah satu media sosial kita cenderung nge-like komentar yang udah banyak jumlah likes-nya. Bahkan ketika kita tidak pro akan komentar tersebut. Hal ini terjadi karena kita ingin menyesuaikan diri dengan orang lain dan mendapatkan persetujuan dari orang-orang tersebut.

Bagaimana cara mengatasinya? Yang bisa kita lakukan adalah pertama, amati dulu bandwagon-nya. Bandwagon disini adalah simpelnya adalah orang yang ikut-ikutan. Sembari mengamati, buatlah jarak terhadap bandwagon agar kita dapat berpikir lebih jernih dan mengikuti kata hati sendiri. Yang kedua adalah meluangkan waktu untuk memperlambat proses penalaran kita. Dengan banyaknya waktu, kita dapat memikirkan satu hal secara lebih perlahan dan analitis. Setelah itu kita dapat membuat list pro dan kontra dari suatu hal yang terjadi, dan barulah kita dapat membuat keputusan yang benar-benar berasal dari diri kita sendiri (gak ikut-ikutan).

Planning Fallacy

Planning Fallacy adalah bias dimana ketika kita meremehkan waktu, biaya dan resiko berkaitan dengan hal yang akan kita akan kerjakan. Memang pada dasarnya, kita terlalu optimis dan tidak realistis mengenai rencana dan kemampuan kita sendiri. Hal ini berujung pada pengambilan keputusan yang buruk dan ekspektasi yang tidak realistis. Salah satu contohnya adalah ketika kita berangkat kerja, dengan rute sehari-hari yang sama kita merasa waktu tempuh yang dibutuhkan adalah cukup dengan 1 jam saja. Tapi ketika ada faktor lain yang terjadi di rencana kita, misalkan motor yang kita naiki bannya bocor, atau kita ketinggalan commuter line jam tertentu dan harus menunggu gerbong yang berikutnya. Inilah yang disebut planning fallacy.

Bagaimana cara mengatasinya? Cara paling mudah adalah dengan memberikan range waktu untuk rencana-rencana yang akan kita kerjakan. Misalkan biasa kita menghabiskan waktu 1 jam untuk berangkat kerja, tambahkan setengah jam lagi untuk "jaga-jaga", seandainya ada kejadian tidak terduga yang kita alami seperti ban bocor tadi. Selanjutnya kombinasikan historical data dengan kesalahan yang sudah terjadi. Misalkan, berangkat kerja dari hari Senin sampai Jum'at rata-rata memakan waktu 49 - 57 menit, ketika kita mengalami insiden ban bocor, waktu yang dibutuhkan jadi sekitar 64-72 menit, dari sini kita bisa menarik kesimpulan, untuk selanjutnya waktu yang aman untuk perjalanan ke kantor adalah 1 jam ditambah 15 menit (sudah ditambah dengan waktu yang dihabiskan untuk kejadian tidak terduga). Dan yang terakhir adalah review rencana-rencana tadi secara terus menerus, agar kita dapat meningkatkan rencana kita. Dalam contoh disini adalah mungkin kita menemukan bengkel yang motornya bisa dititipkan, sehingga kita bisa naik ojek ke stasiun, tanpa menunggu motor kita selesai ditambal bannya.

Nah itu beberapa kognitif bias yang sering kali kita hadapi, kalo warga pernah ngalamin yang mana?

Ditulis oleh:
Jamal Robot
Bacaan 3 menit
Dilihat :
334

Bagikan Artikel Ini

Artikel Terkait