Sebenernya adik gak punya tanggung jawab buat memenuhi ekspektasi orang lain yang berharap kalo adik bisa melakukan sesuatu hal yang ada dalam pikiran mereka. Sebenernya itu kesalahan dari mereka (orang yang berekspektasi sama adik), bukan kesalahan adik. Terkadang memang memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang adik itu ada manfaatnya karena bisa ngasih beberapa insight yang berharga. Tapi kalo adik terlalu fokus dengan apa yang orang lain pikirkan sampe kepikiran berjam-jam dan berhari-hari itu udah gak sehat. Karena sebenernya hal itu bisa berpotensi menyakiti adik dan sebenernya ga terlalu penting-penting amat. Di artikel ini, saya mau ngasih tau kenapa kita gak perlu khawatir sama apa yang orang lain pikirkan berdasarkan filosofi dan psikologi.
Adik Malah Buang-buang Tenaga Adik
Ketika adik membiarkan kebahagiaan adik bersumber dari validasi orang lain, adik sebenernya memberikan tenaga adik untuk kondisi emosional (emotional state) yang sementara. Memang dengan sikap yang seperti itu, adik merasa senang ketika orang-orang menyukai adik. Tapi ketika orang-orang tidak suka, adik malah sedih dan marah. Apalagi di era sosial media sekarang yang notabenenya orang mencari approval. Atensi yang positif seperti likes, comment, dan lainnya menjadi syarat biar adik bisa bahagia. Tapi kan semua itu bergantung pada kemauan orang-orang yang adik coba impress, yang dimana itu gak bisa adik kontrol. Dan juga belum tentu orang-orang yang adik coba impress, adik kenal deket. Paling ya beberapa sebatas kenal nama aja. Orang-orang yang adik gak terlalu kenal ini juga kemungkinan besar gak terlalu kenal adik juga. Jadi kenapa harus buang-buang tenaga biar mereka suka sama adik? Malah bikin adik capek aja kan jadinya.
Semua itu di Luar Kendali Adik
Pikiran kita memang kadang ingin mengontrol sesuatu yang di luar kendali kita, dik. Pendapat orang lain adalah salah satu poin yang adik gak bisa kontrol. Jadinya ya kalo emang ada yang gasuka sama adik (walaupun adik orang yang baik dan disukai banyak orang), itu benar-benar di luar kontrol adik. Tapi bukan berarti adik gak bisa memengaruhi apa yang orang lain pikirkan. Kalo kata Professor William B. Irvine, seorang profesor filsuf di Wright State University, mencetuskan yang namanya Trichotomy of Control. Jadi teori ini dibagi menjadi 3 kategori,
- Sesuatu yang bisa kita kontrol,
- Sesuatu yang kita bener-bener gabisa kontrol, dan
- Sesuatu yang kita punya kontrol tapi gak sepenuhnya.
Apa yang orang lain pikirkan jatuhnya di kategori nomer 2 dan 3. Dalam beberapa kondisi, apa yang orang lain pikirkan bener-bener di luar kontrol adik. Contohnya, adik gak bisa ngerubah apa yang udah orang lain bilang ke adik di masa lalu. Tapi adik bisa mempengaruhi orang lain di masa sekarang melalui kata dan tindakan adik. Namun biarpun tindakan adik bisa sangat berpengaruh, hasilnya masih di luar kendali adik. Tricky sekali memang. Tapi pada akhirnya adik gak usah khawatir sama apa yang dipikirin orang lain dan lebih baik fokus ke apa yang akan adik lakukan untuk diri sendiri.
Itu Cerminan Diri Mereka, bukan Cerminan Diri Adik
Biasanya, bagaimana orang lain bereaksi terhadap adik secara langsung mencerminkan perasaan dan diri mereka sendiri. Ketika adik terlibat konflik dengan seseorang, dalam beberapa kasus hal tersebut bukan karena masalah pribadi. Melainkan orang lain sedang mengekspresikan bagian dari mereka yang secara tidak sadar merembet dan melibatkan adik di dalamnya. Psikiater Swiss, Carl Jung menyebut fenomena ini sebagai projection. Pak Jung ini percaya bahwa orang cenderung menekan aspek-aspek yang tidak diinginkan dari diri mereka ke dalam bagian pikiran bawah sadar, yang membentuk apa yang disebutnya “Shadow”. Shadow ini terbentuk dari upaya kita untuk beradaptasi dengan norma dan ekspektasi dari orang lain. Konsekuensinya adalah kita secara gak sadar mengenali orang lain seperti yang kita kenali dalam diri kita sendiri. Ketika kita tidak menyukai orang lain, kadang itu merupakan apa yang kita tidak suka pada diri kita sendiri.
Melansir dari Psychology Today, menjelaskan projection sebagai berikut :
“Ketidaknyamanan yang tidak disadari dapat menyebabkan orang mengaitkan perasaan atau dorongan yang tidak dapat diterima kepada orang lain agar tidak mengonfrontasinya. Projection memungkinkan sifat yang sulit untuk diatasi tanpa individu sepenuhnya menyadarinya.”
Balik lagi ke adik, sebagai individu, pastinya cara adik melihat sesuatu akan berbeda dengan kacamata orang lain. Kalo udah sadar akan hal ini, apa yang orang lain pikirkan bisa adik jadikan perspektif dari kacamata lain.
Adik Bukan Pusat dari Segalanya
Secara gak sadar juga kita pasti mikir semua orang akan memusatkan perhatiannya kepada adik. Padahal kenyataannya mah kagak, dik. Gampangnya gini, kalo semua orang punya pikiran yang mirip sama kita, alias banyak banget yang dipikirin, apakah mereka masih punya waktu untuk memikirkan adik? Ya mungkin ada yang masih mikirin adik, tapi cuman sampai derajat tertentu. Terlebih lagi orang lain bisa aja kayak adik, terlalu khawatir sama apa yang orang lain pikirkan, sehingga gaada waktu buat mikirin adik.
Kalo kata Marcus Aurelius, Mantan Kaisar Romawi: “So many who were remembered already forgotten, and those who remember them are long gone”
Manusia bakal lupa, dik. Intinya adalah lebih baik fokus sama diri adik sendiri.
Merusak Authenticity Adik
Kalo adik terlalu khawatir sama apa yang orang lain pikirkan, adik bakal mengikuti kata mereka dan ngelakuin apa yang mereka bilang. Jadinya adik hidup berdasarkan ekspektasi dari orang lain. Pada akhirnya kalo adik selalu mengikuti ekspektasi orang lain adik akan kehilangan authenticity. Jadinya adik tidak menjadi diri sendiri. Kalo adik mengabaikan pendapat orang, banyak hal yang bisa adik capai. Kuncinya adalah dengan menjadi diri sendiri dan memilih jalan yang akan adik ambil sesuai dengan kata hati.
Adik Lebih Tau Diri Sendiri Dibanding Orang Lain
Walaupun orang lain bisa memberikan perspektif lain yang membangun berdasarkan tingkah laku adik, tapi yang lebih tau diri adik sendiri bukan lain adalah adik. Ga peduli seberapa deket adik dengan teman baik adik, pasti ada bagian dari diri adik yang gak adik ceritain ke temen baik adik. Apa yang adik tunjukkan ke orang lain juga belum tentu merepresentasikan adik secara keseluruhan. Tapi perlu diingat juga, sebagian orang ada yang sangat peka dengan keadaan di sekitarnya, termasuk orang lain yang bisa jadi adik termasuk di dalamnya. Walaupun mereka sangat intuitif, tapi tetap mereka tidak akan pernah tau apa motif adik melakukan sesuatu, apa rahasia yang adik punya dan apa personality yang belum pernah adik tunjukkan ke dunia luar. Jadinya apa yang orang lain pikirkan mengenai adik, sering kali tidak sejalan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Memang kadang perspektif dari orang lain bisa sangat membangun, tapi dalam lubuk hati adik yang paling dalam, adik sendiri yang tau apa yang mau adik lakukan. Jadi adik gak usah khawatir sama apa yang orang lain pikirkan.